Pandemi COVID-19 telah membawa perubahan besar dalam kehidupan kita, tidak hanya dari segi fisik tetapi juga psikologis. Walaupun banyak orang fokus pada dampak fisik yang ditimbulkan oleh virus, efek dari pandemi ini pada kesehatan mental masyarakat juga sangat signifikan dan bisa bertahan dalam jangka panjang. Menurut igcp585, pembatasan sosial, kecemasan tentang kesehatan, kehilangan pekerjaan, serta perubahan gaya hidup adalah beberapa faktor yang berkontribusi pada stres mental yang dirasakan oleh banyak orang di seluruh dunia. Lalu, apa saja dampak kesehatan mental yang muncul akibat pandemi ini?
Kecemasan dan Ketakutan yang Meningkat
Kecemasan adalah salah satu masalah kesehatan mental yang paling umum selama pandemi. Ketika COVID-19 pertama kali mewabah, banyak orang merasa cemas tentang potensi tertular virus, terutama mereka yang memiliki kondisi medis yang sudah ada. Ketidakpastian tentang masa depan, seperti kapan pandemi ini akan berakhir dan bagaimana kehidupan akan berubah, juga menambah tingkat kecemasan.
Kecemasan ini bisa berupa:
- Khawatir akan kesehatan diri dan orang tercinta.
- Takut terhadap pengaruh ekonomi yang disebabkan oleh krisis ini, seperti kehilangan pekerjaan.
- Ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi dalam jangka panjang.
Di tahun 2024, meskipun vaksinasi sudah lebih merata, ketakutan akan varian baru atau gelombang infeksi lainnya tetap ada. Ini menyebabkan banyak orang merasa stres berulang kali, bahkan jika mereka tidak terinfeksi.
Depresi yang Meningkat
Banyak orang yang mengalami perasaan tertekan selama pandemi, baik karena kondisi finansial, isolasi sosial, atau hilangnya rutinitas sehari-hari. Pembatasan sosial, termasuk larangan bepergian dan penutupan tempat kerja atau sekolah, memperburuk perasaan kesepian dan isolasi. Tanpa interaksi sosial yang biasa dilakukan, beberapa orang merasa terperangkap dalam keadaan tidak pasti dan kesulitan untuk mencari jalan keluar.
Kehilangan pekerjaan atau penghasilan juga menjadi sumber utama depresi bagi banyak keluarga. Terutama di daerah yang sangat terdampak secara ekonomi oleh pembatasan sosial dan penguncian, tekanan untuk bertahan hidup bisa menjadi sangat berat. Gejala-gejala depresi seperti perasaan tidak berguna, kehilangan minat pada aktivitas yang biasanya menyenangkan, dan gangguan tidur semakin banyak ditemukan di kalangan masyarakat.
Peningkatan Stres dan Frustrasi
Tidak hanya kecemasan atau depresi, tapi stres jangka panjang juga menjadi hal yang banyak dirasakan orang. Ketika semuanya berubah dalam sekejap, seperti pekerjaan yang tiba-tiba harus dilakukan dari rumah, anak-anak yang harus belajar daring, atau orang tua yang harus merawat anak-anak di tengah keterbatasan, beban mental yang ditanggung menjadi semakin besar. Orang-orang yang sudah tertekan dengan banyaknya kewajiban, ditambah dengan situasi yang penuh ketidakpastian, merasa semakin frustrasi.
Stres yang berkepanjangan ini bisa menyebabkan gangguan tidur, masalah pencernaan, atau bahkan masalah kesehatan fisik lainnya. Stres mental yang tidak ditangani dengan baik berisiko meningkatkan masalah kesehatan jangka panjang.
Lonjakan Penyalahgunaan Zat
Dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi juga berhubungan dengan peningkatan kasus penyalahgunaan alkohol dan narkoba. Banyak orang yang merasa stres atau terisolasi memilih untuk mengalihkan rasa sakit atau kecemasan dengan cara yang tidak sehat. Penyalahgunaan zat ini bisa memberikan perasaan sementara yang meringankan, namun pada akhirnya hanya memperburuk kondisi kesehatan mental seseorang.
Selain itu, bagi mereka yang sudah memiliki masalah penyalahgunaan zat, pandemi ini bisa memperburuk kecanduan mereka. Banyak pusat rehabilitasi yang tutup atau mengurangi kapasitasnya, sehingga orang yang membutuhkan perawatan lebih sulit untuk mendapatkan bantuan.
Gangguan Tidur
Kualitas tidur masyarakat banyak yang terganggu selama pandemi. Gangguan tidur ini sering kali disebabkan oleh stres, kecemasan, dan ketakutan yang berkelanjutan, terutama menjelang malam hari. Beberapa orang merasa terjaga sepanjang malam, khawatir tentang apa yang akan terjadi keesokan harinya atau cemas terhadap kesehatan mereka. Penggunaan gadget berlebihan, serta ketidakmampuan untuk menjalani rutinitas sehari-hari yang stabil, juga berperan dalam memperburuk kualitas tidur.
Tidur yang terganggu dapat mempengaruhi daya tahan tubuh dan membuat seseorang lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental maupun fisik lainnya.
Pengaruh Terhadap Anak-Anak dan Remaja
Anak-anak dan remaja juga tidak luput dari dampak psikologis pandemi. Mereka kehilangan kesempatan untuk berinteraksi dengan teman-teman, mengikuti kegiatan sekolah, serta terpapar pada ketegangan yang terjadi di sekitar mereka. Beberapa anak mungkin merasa bingung dan tertekan akibat perubahan mendadak dalam cara mereka belajar dan bermain. Penutupan sekolah juga menyebabkan penurunan kualitas pendidikan, dan banyak anak merasa kesulitan menyesuaikan diri dengan cara belajar jarak jauh.
Di sisi lain, remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri, merasa lebih terisolasi dan terjebak dalam perasaan kesepian yang mendalam. Banyak dari mereka yang merasa cemas tentang masa depan atau bahkan mengalami masalah dengan identitas diri karena pandemi ini.
Stigma dan Isolasi Sosial
Mereka yang terinfeksi COVID-19 atau yang sedang dalam masa pemulihan kadang merasa stigma sosial. Beberapa orang yang pernah terpapar merasa dijauhi atau bahkan diabaikan oleh orang lain, meskipun mereka telah sembuh. Isolasi sosial ini memperburuk masalah kesehatan mental, karena orang yang terinfeksi merasa tidak hanya terisolasi secara fisik, tetapi juga secara emosional.
Mengatasi Dampak Kesehatan Mental
Untuk mengurangi dampak kesehatan mental yang ditimbulkan oleh COVID-19, pendekatan yang lebih holistik sangat diperlukan. Beberapa langkah yang bisa diambil adalah:
- Mendukung keluarga dan teman untuk berbicara tentang perasaan mereka.
- Mengambil waktu untuk relaksasi, seperti meditasi atau olahraga.
- Mencari bantuan profesional melalui terapi atau konseling, baik daring maupun tatap muka.
- Menjaga rutinitas yang sehat, seperti tidur cukup, makan dengan baik, dan bergerak aktif.
Selain itu, penting untuk memperhatikan kesehatan mental anak-anak dengan memastikan mereka tetap bisa berbicara dengan orang dewasa tentang perasaan mereka dan menyediakan dukungan yang mereka butuhkan selama masa-masa sulit ini.
Kesimpulan
Dampak COVID-19 pada kesehatan mental masyarakat tidak bisa dianggap remeh. Kecemasan, depresi, stres, hingga masalah penyalahgunaan zat menjadi masalah utama yang semakin berkembang. Oleh karena itu, penting untuk memberikan perhatian lebih pada kesehatan mental, baik individu maupun keluarga, serta mendapatkan dukungan yang diperlukan. Meskipun dunia berangsur-angsur kembali normal, dampak psikologis dari pandemi ini akan terus ada, dan langkah-langkah pemulihan yang tepat akan sangat membantu masyarakat untuk pulih sepenuhnya.